Selasa, 15 Juli 2014

Sifat Allah tidak berubah

Aku Tuhan tidak berubah
Maleakhi 3:6


Ketegangan, kejutan, atau kerusakan otak dapat mengubah sifat manusia, tetapi tidak adal hal dapat mengubah sifat Allah. Dalam perjalanan hidup manusia, selera, pandangan dan watak dapat berubah secara radikal:  seorang  yang tadinya baik bisa berubah menjadi pahit dan naik pitam; orang yang baik hati bisa menjadi sinis dan kejam. Tetapi hal seperti itu tidak akan terjadi pada sang Pencipta. Ia tidak akan menjadi kurang benar atau murah hati atau adil atau baik sebagaimana Ia biasa dikenal. Hari ini dan selamanya, sifat Allah akan selalu sama, persis seperti yang dinyatakan dalam masa Alkitab.

Allah menyatakan Nama-Nya kepada Musa sebagai  “Aku ada yang Aku ada” (Kel. 3:4). Nama ini bukan deskripsi tentang Allah tetapi deklarasi tentang keberadaan-Nya yang mandiri dan ketidakberubahan-Nya yang kekal – suatu pengingat bagi manusia bahwa Ia memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri dan sebagaimana Ia ada kini Ia akan tetap demikian kekal selamanya. Dalam pasal bagian belakang Ia menyatakan “nama TUHAN” kepada Musa dengan mendaftarkan berbagai faset sifat-Nya  yang kudus (Kel. 34:5-7). Jadi dari dua rujukan ini kita belajar bahwa Allah, kini dan selamnya sama seperti Ia pernah dikenal Musa tiga ribu tahun lalu. Sifat moral Allah tidak berubah.


Ketika menulis tentang kebaikan dan kekudusan Allah, kemurahan-Nya kepada manusia, dan kebenciaan-Nya terhadap dosa, Yakobus bicara tentang Allah sebagai yang didalam-Nya “tidak ada perubahan atau bayang karena pertukaran” (Yak. 1:17). 

Ia tidak dapat berubah menjadi lebih baik, sebab ia senantiasa sempurna; dan karena sempurna Ia tidak dapat menjadi kurang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar