Sifat Allah tidak
berubah
Aku Tuhan tidak berubah
Maleakhi 3:6
Ketegangan, kejutan, atau kerusakan otak dapat mengubah
sifat manusia, tetapi tidak adal hal dapat mengubah sifat Allah. Dalam
perjalanan hidup manusia, selera, pandangan dan watak dapat berubah secara
radikal: seorang yang tadinya baik bisa berubah menjadi pahit
dan naik pitam; orang yang baik hati bisa menjadi sinis dan kejam. Tetapi hal
seperti itu tidak akan terjadi pada sang Pencipta. Ia tidak akan menjadi kurang
benar atau murah hati atau adil atau baik sebagaimana Ia biasa dikenal. Hari
ini dan selamanya, sifat Allah akan selalu sama, persis seperti yang dinyatakan
dalam masa Alkitab.
Allah menyatakan Nama-Nya kepada Musa sebagai “Aku ada yang Aku ada” (Kel. 3:4). Nama ini
bukan deskripsi tentang Allah tetapi deklarasi tentang keberadaan-Nya yang
mandiri dan ketidakberubahan-Nya yang kekal – suatu pengingat bagi manusia
bahwa Ia memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri dan sebagaimana Ia ada kini Ia
akan tetap demikian kekal selamanya. Dalam pasal bagian belakang Ia menyatakan
“nama TUHAN” kepada Musa dengan mendaftarkan berbagai faset sifat-Nya yang kudus (Kel. 34:5-7). Jadi dari dua
rujukan ini kita belajar bahwa Allah, kini dan selamnya sama seperti Ia pernah
dikenal Musa tiga ribu tahun lalu. Sifat moral Allah tidak berubah.
Ketika menulis tentang kebaikan dan kekudusan Allah,
kemurahan-Nya kepada manusia, dan kebenciaan-Nya terhadap dosa, Yakobus bicara
tentang Allah sebagai yang didalam-Nya “tidak ada perubahan atau bayang karena pertukaran”
(Yak. 1:17).
Ia tidak
dapat berubah menjadi lebih baik, sebab ia senantiasa sempurna; dan karena
sempurna Ia tidak dapat menjadi kurang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar